Bantuan Makanan Disetop, Korban Banjir di Talaga Jaya Jadi Buruh Kupas Bawang, Diupah Rp5.000

Kabupaten Gorontalo- Sepekan pasca banjir,  127 kepala keluarga ataw 411 jiwa warga Desa Hutadaa dan Desa Buhu, masih bertahan di tempat pengungsian yang berlokasi di SMP Negeri 1 Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Ratusan masyarakat korban banjir akibat Luapan Danau Limboto ini belum kembali ke pemukiman disebabkan genangan air masih merendam rumah mereka.

Sementara itu, sejak dua hari terakhir pemerintah daerah dikabarkan telah resmi menghentikan bantuan makanan siap saji bagi korban banjir. Penyaluran bantuan bagi korban banjir ini diganti dengan bahan pangan yang disalurkan donatur melalui posko-posko bencana di dua desa tersebut.

“Ia, sudah dua hari bantuan makanan tidak ada. Kami hanya diberi bahan makanan berupa beras, telur, mi instan, minyak goreng, ada juga ikan kaleng,” kata Kartin Sura, warga Desa Buhu. Kamis (18-7).

Menurut Kartin, bantuan bahan pangan yang berikan pemerintah desa hanya mampu bertahan selama dua hari. Mereka harus memutar otak untuk mencari uang tambahan untuk mencukupi kebutuhan mereka selama di tempat pengungsian. Salah satu upaya yang dilakukan para pengungsi ini adalah bekerja jadi buruh kupas bawang dengan upah seadanya.

“Upah mengupas bawang hanya Rp5.000 rupiah perkilo. Namun, butuh waktu berjam-jam untuk mendapatkannya,” ucap Kartin.

Banjir yang menerjang kawasan pesisir Danau Limboto melumpuhkan mata pencarian para nelayan. Tingginya luapan air danau membuat nelayan takut untuk mencari ikan. Sehingga untuk makan sehari-hari mereka hanya berharap bantuan dari pemerintah.  

“Selama banjir, suami saya kehilangan mata pencarian, makanya kami mencari pekerjaan sampingan walau upahnya tidak seberapa,” ucap Cili Talib, pengungsi dari Desa Hutadaa.

Tempat pengungsian di SMPN 1 Talaga Jaya ini tak hanya di tempati orang dewasa saja, puluhan anak-anak dan balita terpaksa tidur ruang-ruang kelas dengan peralatan tidur seadanya. Para pengungsi pun mulai khawatir akan terserang penyakit.

Penulis: Burhan Bakari