Kisah Korban Banjir di Kabupaten Gorontalo, Kedinginan Di Kamp Pengungsian

Kisah Korban Banjir di Kabupaten Gorontalo, Kedinginan Di Kamp Pengungsian
Para korban banjir akibat luapan Danau Limboto di tenda pengungsian di Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Jumat, (19/11). Foto: Dok banthayo

Kabupaten Gorontalo – Nasib Ratusan pengungsi korban banjir di Desa Buhu dan Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, terkatung-katung pasca Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menghentikan suplai bantuan makanan kepada mereka.

Ratusan korban banjir akibat luapan Danau Limboto sudah dua pekan bertahan di tempat pengungsian yang dibangun oleh pemerintah. Sebab hingga kini, luapan air Danau Limboto tak kunjung surut.

Korban banjir di Desa Buhu dan Hutadaa membuka lapak makanan di kawasan pengungsian. Foto: Dok banthayo

Untuk bertahan hidup, sejumlah pengungsi mulai membuka lapak di dalam tenda. Ada pula yang sengaja menjual makanan di kawasan tempat pengungsian. Hal ini terpaksa mereka lakukan untuk menyambung hidup.

“Pemerintah sudah menghentikan bantuan makanan, jadi kami terpaksa berjualan di sini,” ucap Kia Amiri, Jumat, (19/11).

Penghasilan dari berjualan di tempat pengungsian hanya cukup untuk membiayai kebutuhan setiap hari, sambung Kia.

Kia Amiri, warga Desa Buhu terpaksa berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Foto: Dok banthayo

Korban banjir yang menempati posko pengungsian ini menjual beragam jenis makanan. Nasi kuning, nasi campur hingga bubur ayam menjadi menu makanan yang dijual oleh pedagang di tempat itu.

Pedagang menjual makanan rata-rata dengan harga Rp 3.000 per porsi. Sedangkan es cukur, gorengan hingga makanan ringan kegemaran ana-anak dijual dengan harga Rp 2.000 dan Rp 1.000 saja.

Kia dan sejumlah pedagang lainnya berjualan mulai jam 08.00 pagi hingga jam 10.00 malam. Dari untung berjualan itu, ia gunakan untuk membiayai kebutuhan keluarganya dan uang jajan kepada enam orang cucunya.

“Ia, saya punya enam cucu yang masih kecil-kecil, setiap hari mereka minta uang jajan kepada saya,” tambah Kia.

https://banthayo.com/1-786-warga-talaga-jaya-terdampak-banjir-akibat-luapan-danau-limboto/

Korban Banjir Mengeluh Kedingingan dan Mulai Terserang Penyakit

Selama dua minggu bertahan di tenda pengungsian, korban banjir ini pun mengeluh tak mendapat bantuan selimut dari pemerintah. Padahal mereka harus tidur beralaskan tikar tipis di atas lantai. Para korban banjir meminta agar pemerintah bisa memberi bantuan selimut yang memadai.

Banjir masih merendam rumah-rumah warga di Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Foto: Dok banthayo

Abdul Gani Patamani, yang sejak awal banjir telah mengungsi bersama istri, anak dan cucunya mengaku, suhu udara di kawasan Danau Limboto pada malam hari menjadi sangat dingin.

''Kalau di rumah, kami bisa tidur di kasur sehingga agak hangat. Tapi di sini, kami tidur di lantai sehingga sangat dingin, sering menggigil kedinginan,” jelasnya.

Warga terpaksa menggunakan perahu untuk beraktifitas. Foto: Dok banthayo

Banyak penyakit yang mulai menyerang warga. Mulai dar ISPA, diare, penyakit kulit, bahkan hipertensi. Para korban banjir ini membutuhkan pelayanan kesehatan dan obat-obatan, katanya.

“Korban banjir di tempat ini baru satu kali mendapatkan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis dari puskesmas setempat,”tegasnya.

Kamp pengungsian korban banjir di Desa Buhu dan Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo

Kondisi cuaca di Gorontalo yang tak menentu membuat gusar para korban banjir. Mereka khawatir akan adanya banjir susulan, karena hingga saat ini hujan masih terus mengguyur sejumlah wilayah di daerah tersebut. Danau Limboto menjadi danau penampung air dari 23 sungai.