KNPB Gorontalo Peringati 4 Tahun Tragedi Rasial

KNPB Gorontalo Peringati 4 Tahun Tragedi Rasial
KNPB Gorontalo Peringati 4 Tahun Tragedi Rasial. Sabtu (19/8). Foto: Dok istimewa

Kota Gorontalo- Mahasiswa Papua yang bergabung dalam Sektor Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Cenderawasi menggelar panggung budaya memperingati 4 tahun hari rasisme. Panggung budaya yang dilaksanakan di Asrama Cenderawasih IX Kelurahan Wongkaditi Barat, Kota Utara, Kota Gorontalo, dimulai pukul 12.30 WITA. Sabtu (19/8).

Satu persatu mahasiswa Papua ini membawakan puisi dan lagu. Mereka juga berbagi cerita pengalaman rasial dan diskriminasi yang mereka alami di kampus maupun tempat praktek hingga di lingkungan sekitar. Lalu dilanjutkan dengan pemasangan lilin.

Ketua Sektor KNPB Deswai Lambe menguraikan, beberapa orang asli Papua mengalami trauma bentuk rasial dan diskriminasi pasca terjadi rasisme pada tahun 2019 silam. Rasialisme juga mereka alami selama di Gorontalo.

“Aksi ini untuk mengenang tragedi mengerikan pada 2019 silam,” kata Deswai.

Deswai bercerita, panggung budaya dibuat untuk mengenang kembali peristiwa penyerangan mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur oleh ormas dan aparat represif, yang mengakibatkan 43 mahasiswa Papua diperiksa polisi. Media massa juga menyebut, korban kerusuhan penolakan rasisme di Wamena mencapai 33 jiwa, sementara di Kabupaten Deiyai dan Jayapura juga terdapat korban meninggal dan luka yang mencapai puluhan jiwa.

“Tragedi itu terjadi tahun 2019 silam,” kenangnya.

Dia juga mengungkit sejumlah kasus rasisme yang terjadi di Surabaya dan daerah-daerah lain tidak pernah tuntas. Bahkan belakangan penambahan pasukan di Papua secara masif dan besar-besaran terus dilakukan. Akibatnya tindak kekerasan makin meningkat, sementara para pejabat negara justru terkesan berdiam diri.

“Respons bagi orang Papua justru mengoyak rasa keadian,” tegas dia.

Sebelum ditutup, Mafret Enombere salah satu mahasiswa membacakan lima pernyataan sikap yang berbunyi sebagai berikut.

1. Berikan penentuan nasib sendiri bagi rakyat West Papua.

2. Hentikan diskriminasi, rasial terhadap orang asli Papua.

3. Buka akses jurnalis asing untuk meliput masalah pelangaran Hak Asasi Manusia di atas tanah Papua.

4. Hentikan operasi militer di seluruh tanah Papua dan tarik militer non-organik maupun organik.

5. Tutup PT Freeport dan perusahan ilegal lainnya di atas tanah Papua.

====

Tulisan dari Mafret Enombere ini tidak mewakili pandangan dari redaksi Banthayo.com