Mogimbalru, Tradisi Warga Atinggola Menyambut Ramadan

Mogimbalru, Tradisi Warga Atinggola Menyambut Ramadan
Salah seorang warga Atinggola tengah melaksanakan tradisi mogimbalru di salah satu sungai. Sabtu, (2/4). Foto: Dok banthayo

Gorontalo Utara - Berbagai macam traidisi yang dilakukan masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan. Salah satunya tradisi "Mogimbalru" yang dilakukan masyarakat Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara. Ritual itu selalu dilaksanakan satu hari sebelum Ramadan.

Ritual Mogimbalru berupa mandi dan keramas dengan bahan-bahan tradisional. Seperti yang terlihat di sungai Andagile yang berada di Desa Kotajin. Sejumlah warga sedang melakukan ritual tersebut.

Tradisi pembersihan diri itu tak hanya dilakukan orang dewasa, para remaja juga ikut melakukan ritual tersebut. (Foto:Burdu/banthayoid)

Mereka mandi di tepian sungai sambil keramas dengan kelapa parut.Raasia Ibrahim (59) mengatakan, bahan yang digunakan untuk pengeramasan tersebut tidak hanya dari kelapa saja, melainkan campuran dari beberapa tumbuhan serta daun yang mengeluarkan bau harum. Dan ada beberapa tumbuhan yang harus melalui proses perebusan terlebih dahulu.

"Macam-macam bahan. Ada daun pandan, daun mayana harum, daun kencur, dan masih ada lagi daun wangi yang diolah secara tradisional," katanya.

Mogimbalru adalah tradisi mandi dengan wangi-wangian menjelang Ramadan. Raasia mengatakan, hingga sekarang tradisi tersebut masih melekat pada masyarakat setempat.

“Tetap masih dilakukan, apalagi kalau warga asli Atinggola, jadi adat itu masih melekat. Karena itu adat yang sudah turun-temurun. Rasanya kalau belum mandi itu, belum pas menyambut Ramadan,” ungkapnya.

Pemimpin adat di Atinggola, Bate Suharto Pulumoduyo mengungkapkan, tradisi ini diyakini memiliki manfaat untuk meluruskan niat serta membersihkan kotoran dalam diri, baik secara lahiriah maupun batiniah.

Campuran kelapa parut dan tumbuhan tradsional menjadi bahan untuk keremas. (Foto:Burdu/banthayoid)

Dirinya juga meyakini ritual itu merupakan peninggalan leluhur yang sudah dilaksanakan secara turun temurun. Namun, kini sudah terjadi pergeseran dari warisan para leluhur itu sendiri.

Seperti kini anak muda hanya memahaminya sebagai mandi keramas, kendati makna yang terkandung  sendiri sebenarnya harus diberi perhatian secara khusus.

"Ini sesungguhnya memiliki makna membersihkan jiwa dan raga sehingga bersih di dalam maupun di luar, siap sebenar-benarnya menyongsong bulan Ramadan yang mulia," jelas Bate Suharto.

Masyarakat Atinggola menyambut puasa dengan cara melakukan tradisi mogimbalru di sungai andagile. (Foto:Burdu/banthayoid)

Tambahnya, hal ini juga bisa menjadi media untuk merenung dan introspeksi diri, sehingga tercipta kesadaran untuk memperbaiki diri di masa mendatang.

"Karena itulah, hal ini akan menambah keyakinan dan kesadaran untuk memasuki bulan Ramadan sebagai pribadi yang lebih baik," tutupnya.

Sumber: Banthayo.id partner resmi kumparan