Mengenal Raja Hubulo, Tokoh Wali Penyebar Islam di Gorontalo

Mengenal Raja Hubulo, Tokoh Wali Penyebar Islam di Gorontalo
Makam Raja Hubulo Gobel, tokoh yang diyakini sebagai penyebar Islam pada abad ke-17, terletak di atas bukit di Desa Keramat, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Foto: Dok banthayo

Bone Bolango- Makam Raja Hubulo Gobel sering diziarahi masyarakat. Mereka meyakini Raja Hubulo sebagai aulia (wali) sekaligus tokoh penyebar Islam pada abad ke-17 silam. Makam itu terletak di Desa Keramat, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Jaraknya sekitar enam kilometer dari pusat Kota Gorontalo.

Pengelola makam Raja Hubulo, Husain Yahya (60), mengatakan setiap hari Jumat lokasi itu banyak dikunjungi masyarakat setempat maupun yang berasal luar Bone Bolango. Para pengunjung yang berziarah memiliki kebiasaan membawa pulang tanah yang berasal dari makam Raja Hubulo tersebut.

“Diyakini tanah tersebut bisa menjernihkan air sumur jika dibuang ke dalamnya. Bahkan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit," kata Husain.

Menurut kesaksian Husain, tanah di makam tersebut tidak pernah berkurang meski sering diambil peziarah.

“Sudah banyak yang mengambil tanah tersebut untuk dibawa pulang, namun tetap kondisi tanah yang ada di makam seperti tidak tersentuh sama sekali. Karena diyakini tanah itu membawa berkah bagi siapa yang mengambilnya,” jelas Husain.

Terdapat sejumlah makam lain di sekitar makam Raja Hubulo Gobel yang puluhan di antaranya juga memiliki nama belakang Gobel. Sehingga diketahui bahwa pemakaman tersebut merupakan pemakaman keluarga besar Gobel yang ada di Gorontalo.

Tokoh adat Desa Keramat, Yamin Husain (68), menjelaskan Raja Hubulo merupakan salah satu wali di Gorontalo yang konsisten dalam menyebarkan agama Islam. Dia pun menceritakan asal nama 'Hubulo'.

Yamin menceritakan Ibrahim Duawulu lahir pada tahun 1709. Orang itu dikenal sebagai petani yang rajin serta berkepribadian ramah, alim, dan sangat bijaksana. Dia memiliki kebiasaan memancing di sebuah danau kecil.

“Seketika di sampingnya sering menyala lilitan tali ijuk yang dipergunakan untuk menyalakan rokoknya yang terbuat dari pucuk daun enau. Waktu itu api masih dibuat secara tradisional dan dibakar pada tali ijuk agar tidak mudah padam," kata Yamin.

"Sebagian orang melihatnya sering mengepulkan asap dari tali ijuk ini. Maka dalam bahasa Gorontalo mereka menyebutnya wabuwobulo atau tihu-tihubulo yang artinya sedang mengepulkan asap. Dari sinilah kata 'Hubulo' menjadi julukan nama baru dari orang tua tersebut,” jelas Yamin.

Namun, menurut Yamin, saat itu orang Belanda bukan menyebut Hubulo melainkan Gobel.

"Karena waktu itu Belanda masih agak kesulitan menyebut nama Hubulo, sehingga kemudian mereka memanggilnya dengan nama Gobel. Dan kini Gobel menjadi marga terbesar di masyarakat Gorontalo,” tutup Yamin.

Tim Redaksi