Sejarah Negeri Batudaa, Jejak Kolonial Belanda di Gorontalo

GORONTALO - Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo memiliki 19 kecamatan. Setiap kecamatan di daerah itu memiliki cerita sejarah beragam. Salah satu kecamatan yang menarik untuk dikupas sejarahnya adalah Kecamatan Batudaa atau Botudaa.

Tak ada catatan mengenai nama Botudaa menjadi Batudaa. Terlepas dari penamaan itu, Botudaa atau Batudaa berasal dari dua kata. Botu dan Daa. Botu adalah batu, sementara Daa adalah besar. Jadi, Botudaa atau Batudaa adalah "Batu Besar".

Nama Batudaa kerap dikaitkan dengan sebuah bongkah batu besar yang ada di Desa Payunga. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, nama Batudaa lahir berkat adanya batu besar tersebut.

Warga setempat juga mengaitkan batu yang berada di tengah-tengah permukiman itu dengan makam Sulthanul Aulia Alasy Ariah. Batu besar berpagar besi itu diyakini warga merupakan tempat duduk Sulthanul Aulia Alasy Ariah saat berzikir.

Dahulu batu itu mau dipindahkan. Dengan susah payah warga mencoba memindahkan batu itu, tetapi tak bergerak sedikitpun. Padahal batu itu hanya berukuran 1 meter x 50 sentimeter.

"Bahkan sempat terjadi peristiwa aneh saat pembongkaran batu tersebut," tutur warga setempat, Rudi Hagoga (77).

Kejadian aneh itu adalah gempa bumi yang berlangsung selama 28 hari. Warga akhirnya mengurungkan niatnya memindahkan batu itu karena ketakutan.

Batudaa Diduga Kuburan Massal

Tahun 1879 terjadi perlawanan rakyat Batudaa kepada bangsa kolonial terkait pungutan pajak. Pajak yang dinilai sangat memberatkan itu menjadi penyebab perlawanan. Batudaa pada masa itu disebut Batudaa Negorij (Negeri Batudaa) yang merupakan bagian kecil dari kekuasaan Kolonial Hidia Belanda.

“Kalau dikaitkan dengan peristiwa perlawanan itu, maka dapat diduga Batudaa adalah kuburan massal. Karena sesuai heuristik peristiwa itu cukup banyak korbannya,” tutur Sejarawan Joni Apriyanto.

Tahun 1942 Kecamatan Batudaa terbentuk. Muhamad Hippy adalah orang pertama menjabat sebagai Camat Batudaa. Tahun 1990 Batudaa dimekarkan menjadi empat kecamatan, yaitu Kecamatan Batudaa Pantai, Kecamatan Bongomeme, Kecamatan Tabongo, dan Kecamatan Batudaa.

Dari empat kecamatan itu, kemudian pecah dan bertambah dua kecamatan, yaitu Kecamatan Biluhu dan Dungalio. Biluhu merupakan pemekaran dari Kecamatan Batudaa Pantai, sementara Dungalio pemekaran dari Kecamatan Bongomeme.

“Gorontalo memiliki banyak cerita sejarah, khususnya Batudaa. Namun sayang, sejarah yang ada hanya berupa lisan yang sangat sulit dibuktikan kebenaranya. Hingga kini belum ada yang menuangkan sejarah tersebut dalam sebuah buku. Saya khatawir bukti peninggalan sejarah akan hilang tergerus perkembangan zaman," pungkas Camat Batudaa, Fadli Poha.

Reporter: Burdu

Editor: Febriandy Abidin