Cerita Pilu Korban Tragedi Banjir Bandang Daenaa

Cerita Pilu Korban Tragedi Banjir Bandang Daenaa
Punyu Djauhari dan keluarganya trauma akan tragedi yang meninpa keluarga pada November 2021 silam. Minggu , (23/10). Foto: Dok banthayo

Kabupaten Gorontalo- Punyu Djauhari dan putranya Kisman Djauhari, warga Dusun Yihe Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo tidak pernah menyangka akan kehilangan rumah dan anggota keluarga mereka. Saat tragedi banjir bandang menerjang desa mereka pada November 2021 lalu.

Saat ditemui di Bukit Manawa tempat ia bekerja mengolah lahan, Punyu mengisahkan tragedi yang menimpa keluarganya tersebut. Saat bencana yang menewaskan menantu dan cucunya itu terjadi, Punyu tengah berada di dalam rumah. Kala itu hujan tengah mengguyur desa mereka. Melihat volume air sungai di belakang rumahnya makin meningkat, Punyu menyuruh istrinya untuk mengungsi ke rumah kerabat. Tersisa ia, Kisman bersama istri dan kedua orang cucunya.

“Saya terpaksa memanjat naik loteng, karena volume air terus meninggi,” kata Punyu.

Saat berada di atas loteng, Punyu mendegar bunyi dentuman keras dari belakang rumahnya. Ia baru tahu saat warga berteriak bahwa setengah dari rumahnya tergerus banjir bandang.

“Dapur saya roboh dihantam banjir,” ungkap Punyu sambil mengingat kejadian itu.

Takut akan terkena banjir, Punyu membangun rumah kecil di atas sebuah bukit di Desa Daenaa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Foto: Dok banthayo

Kisman putra Punyu Djauhari juga menyimpan kesedihan yang mendalam saat mengingat kembali peristiwa yang merenggut orang-orang tercintanya. Pria yang sehari-hari bekerja di pabrik ini mengisahkan kisah sedihnya kepada Banthayo.

Di hari naas itu, Kisman baru saja pulang dari pabrik tempat ia bekerja. Sebelum pulang ke rumah, Kisman menyempatkan diri membeli ikan untuk di bawa pulang ke rumah. Setibanya di rumah Kisman meminta istri Rita Jali untuk menggoreng ikan yang ia bawa. Namun tiba-tiba banjir bandang menerjang dengan seketika yang menyebabkan dinding dapur jebol dihantam derasnya banjir.

“Ikan yang saya bawa belum sempat dimasak, tiba-tiba banjir datang,” ucap Kisman.

Kisman bercerita, saat kejadian banjir, ia bersama istri dan dua anaknya. Waktu itu, kondisi air sungai sudah terlihat mulai naik dan masuk lewat dapur rumahnya. Kisman yang panik mengira istri dan anaknya sudah keluar rumah menyelamatkan diri.

“Anak dan istri saya hanyut bersama tumpukan kayu yang terbawa banjir,” ungkapnya.

Pasca bencana itu, Kisman mengaku kebingungan untuk tempat tinggalnya. Karena rumahnya sudah tidak mungkin bisa ditinggali dan diperlukan uang yang tidak sedikit untuk membangun kembali rumahnya agar layak huni.

“Anak saya dua, satu dengan saya. Satu ikut mamanya,” ucap Kisman.

Kini keluarga sederhana tinggal menetap di sebuah rumah berukuran kecil yang ada di atas salah satu bukit di desa itu. Para korban banjir ini mengaku cukup trauma dengan bencana banjir bandang yang terjadi pada November 2021 silam.