Kisah Saleh Bakari, Buruh Batu Bata dengan Upah Rp100/Biji

Kisah Saleh Bakari, Buruh Batu Bata dengan Upah Rp100/Biji
Saleh Bakari adalah pembuat batu bata asa; Desa Datahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Rabu, (19/10). Foto: dok banthayo

Kabupaten Gorontalo- Siang makin terik, melelehkan keringat dari raut Saleh Bakari. Di sebuah bangunan tak berdinding, tangannya sibuk mengaduk tanah liat, seperti adonan. Lalu dimasukkan dalam cetakan, dipadatkan lalu disusun rapi berpola.

Saleh Bakari adalah warga Dusun Topolo Desa Datahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Ia bertahan hidup menjadi buruh batu bata merah. Suami dari Weni Juju rela berjuang demi menafkahi istri dan anak-anaknya.

Upah menjadi buru batu bata merah tidak sebanding dengan kucuran keringatnya. Namun pria tua rentah ini tak punya pilihan selain bekerja dan berdoa agar selalu diberikan kekuatan dan kesehatan fisik.

Saleh Bakari yang biasa disapa Ka Tino ini, menggantungkan nasibnya dari pekerjaan itu. Parahnya Saleh bersama istriny Weni hanya menempati rumah berukuran kurang lebih 4x5 meter yang nyaris roboh.

Setiap hari Saleh harus bekerja sebagai pembuat batu merah milik warga dengan upah Rp 100 ribu/ 1000 buah batu batu merah.

"Dalam seribu batu saya dapat seratus ribu" kata Saleh kepada banthayo.com. Kamis, (10/11).

Meski upahnya tak sebanding dengan kucuran keringatnya, namun tak ada cara lain kecuali harus terus bekerja demi menafkahi istri dan anaknya.

“Tangan dan kaki sempat terkena bara api dari pembakaran batu. Tapi kini sudah sembuh,” ucapnya.

Walau dengan upah yang minim, Saleh, bersyukur tak mengeluh saat mengisahkan aktivitasnya.

“Saya rela bekerja apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup,” pungkas Saleh.