Kisah Pilu Kakek Husin Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot Tanpa Listrik

Kisah Pilu Kakek Husin Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot Tanpa Listrik
Husin Sabali, warga Kelurahan Bongohulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Rabu, (2/3). Foto: Dok banthayo

Kabupaten Gorontalo – Sudah puluhan tahun Husin Sabali  (52) hidup seorang diri menempati rumah berdinding pelupuh bambu di Kelurahan Bongohulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.

Kondisi rumah pria paruh baya yang telah berpisah dengan istrinya ini sudah reyot. Rumah yang ia tempati itu berukuran kurang lebih 4x4 meter persegi. Ubin bagian dalam rumah miliknya pun banyak yang rusak. Bagian atap seng rumah juga tak mampu lagi melindungi Husin dari panas dan hujan, karena sudah bocor dan berkarat.

Sudah puluhan tahun Husin Sabali (52) hidup seorang diri menempati rumah berdinding pelupuh bambu tersebut. Foto: Dok banthayo

Keterbatasan ekonomi membuat Husin memilih untuk tetap bertahan tinggal di rumah yang nyaris roboh tersebut. Baginya rumah itu merupakan harta paling berharga, karena merupakan warisan peninggalan orang tuanya.

“Rumah ini peninggalan orang tua saya,” kata Husin.

Pria yang memiliki satu orang anak itu mulai tinggal sendirian setelah dtinggal pergi istrinya beberapa tahun silam.

Kondisi rumah pria paruh baya yang telah berpisah dengan istrinya ini sudah reyot. Foto: Dok banthayo

Husin, memiliki seorang anak dari hasil perkawinanya terdahulu.  Namun setelah menikah, anak satu-satunya itu pun pergi meninggalkannya seorang diri.

Setiap hari Husin bekerja mengolah sawah milik orang lain. Upah bekerja digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Ubin bagian dalam rumah miliknya pun banyak yang rusak. Foto: Dok banthayo

Di gubuk tua itu, Husin hidup apa adanya. Tak ada satu pun barang berharga yang ada di dalam rumah. Yang memilukan, gubuk tua milik Husin tidak ada aliran listrik.
Kala malam tiba, ia hanya mengandalkan cahaya pelita untuk menerangi rumah. Sementara untuk kebutuhan air minum bersih dan makan, Husin hanya berharap dari belas kasih tetangga.

Keterbatasan ekonomi membuat Husin memilih untuk tetap bertahan tinggal di rumah yang nyaris roboh tersebut. Foto: Dok banthayo

Untuk mencuci pakaian, mandi hingga buang air besar, Husin harus mengandalkan sungai yang tak jauh dari gubuknya.

Ia berkisah, selama menampati rumah itu, dirinya tak pernah mendapatkan bantuan apa pun dari pemerintah.

Bagian atap seng rumah juga tak mampu lagi melindungi Husin dari panas dan hujan, karena sudah bocor dan berkarat. Foto: Dok banthayo

Saat ditanya alasan mengapa tidak pernah menerima bantuan, ia menundukan wajahnya sampil tersenyum pilu. Hidup serba kekurangan membuat Husin memilih untuk hidup membujang.

Tidak Terdata di DTKS

Sementara itu, Lurah Bongohulawa, Ibrahim Ahmad, menjelaskan Husin Sabali selama ini memang tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, sebab tidak terdata di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Di gubuk tua itu, Husin hidup apa adanya. Tak ada satu pun barang berharga yang ada di dalam rumah. Foto: Dok banthayo

Menurut lurah, Husin Sabali tak pernah datang ke kantor kelurahan untuk mengurus data kependudukannya. Hal inilah yang menjadi kendala pemerintah dalam memberikan bantuan.

“Ia, nama pak Husin Sabali tidak ada dalam data DTKS,” ucap lurah yang baru sebulan menjabat itu.

Rumah yang ia tempati itu berukuran kurang lebih 4x4 meter persegi. Foto: Dok banthayo

Mengetahui hal itu, Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo mengungkapkan rasa kecewa sekaligus keprihatinanya. Nelson langsung menginstruksikan kepada Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Gorontalo untuk segera membuat rumah yang layak bagi Husin.

“Saya malu, di Ibu Kota Kabupaten Gorontalo, masih ada rumah yang seperti ini,” ujar Nelson saat meninjau rumah Husin.

Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Gorontalo, Haris Suparto Tome, menuturkan dalam waktu dekat ini pihaknya akan segera melakukan perbaikan sementara rumah milik Husin.

“Kita akan berikan bantuan sesuai kebutuhan yang diperlukan,” tutur Haris.